Dalam suatu diskusi tentang pernikahan dalam Islam, salah satu kelompok mengungkap tentang poligami yang dilakukan Rasulullah. Seolah-olah mereka ingin mengatakan bahwa Rasulullah bukan orang yang patut dicontoh dalam hal berumahtangga. Mereka tidak melihat dari berbagai aspek, mengapa Rasulullah harus menikah, siapa saja yang dinikahi Rasulullah, dan bagaimana Rasulullah memimpin rumahtangganya. Padahal, Rasulullah adalah seoranng pimpinan rumah tangga yang terbaik yang pernah ada di dunia ini. Mereka juga lupa bahwa Allah telah menjadikan Rasulullah sebagai tauladan buat seluruh manusia.
Allah menyuruh orang-orang beriman untuk bersalawat kepada Rasul-Nya dengan mengucapkan "Assalamu'alaika ayyuhannabi" (artinya, semoga keselamatan kepadamu, wahai nabi). Setiap namanya disebut kita juga bersalawat "Allahumma salli 'alaa Muhammad." Allah dan malaikat-Nya juga bersalawat kepada Nabi, yang diartikan para ulama bahwa Allah memberi Rahmat dan malaikat mendoakan ampunan atas Nabi. Disamping itu, orang-orang beriman diminta untuk tidak menyakiti Allah dan Rasul-Nya.
Tidak menyakii nabi termasuk melaksanakan sunah-sunahnya. Sunnah-sunnah Rasulullah sangat banyak kita dapati dalam hadist. Seperti doa dan dzikir, shalat-shalat sunnah seperti shalat dhuha, shalat malam, atau shalat sunnah rawatib. Juga puasa-puasa sunnah. Semua ini dapat kita lakukan karena cinta kita kepada Rasulullah. Semua ini harus kita lakukan dengan penuh kesungguhan. Apalagi dalam ayat mulia-Nya Allah berjanji akan melaknat mereka yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya di dunia dan akhirat dan menyediakan azab yang menghinakan.
Maha Benar Allah dengan firman-Nya: Innallaha wamalaaikatahuu yushalluuna 'alannabiyyi, yaa ayyuhalladziina aamanuu shalluu 'alaihi wasallimuu tasliimaa. (QS Al-Ahzab 33:56). Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat atas Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.
CINTAILAH RASULULLAH DAN BERSALAWATLAH KEPADANYA.
Pesan Menyambut Ramadhan (3 Rajab 1438H)
By: Prof. Veni Hadju